Senin, 17 Oktober 2011

Pil KB – Manfaat dan Mitosnya

Banyak alat konstrasepsi yang digunakan untuk mengendalikan kehamilan. Mulai dari cara alami tanpa menggunakan alat, seperti dengan sistem kalender atau pantang berkala, hingga menggunakan kondom, spiral, suntik atau pil. Masing-masing ada saja keluhan efek sampingnya. Bila kita membicarakan masalah hormon yang terlintas di dalam pikiran  kita adalah sesuatu yang berhubungan dengan seks. Beberapa kalangan merasa tabu untuk membicarakannya. Padahal zat satu ini sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, lelaki maupun perempuan. Dan pada perempuan, hormon ternyata sangat membantu mereka dalam meningkatkan kualitas hidup.

Hormon bukan hanya menjadi penanda kematangan usia seseorang, namun juga telah direkayasa menjadi obat-obat tertentu. Obat kontrasepsi bagi perempuan misalnya, merupakan hormon sintetis yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu mengendalikan masa ovulasi. 

Kontrasepsi mana yang efektif dan lebih aman digunakan?  Pil kontrasepsi membuat kesuburan akan kembali dengan cepat dan memiliki manfaat tambahan (nonkonsentraseptif). Supaya lebih maksimal penggunaannya harus dilakukan secara konsisten dan diminum setiap hari.

Untuk mengendalikan kehamilan di Indonesia  pil KB bukan pilihan utama bagi wanita. Persentasinya lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik. Berdasar data yang ada, pada th 2003 ada 35,2 persen pengguna kontrasepsi suntikan di Indonesia sedang pil KB hanya 34,57  persen . Selebihnya, IUD 15,8 persen, implant 10,2 persen, sterilisasi 5,5 persen, dan kontrasepsi lain 1,0 persen. 

WHO memiliki data yang menunjukkan, sembilan dari 10 wanita yang menggunakan kontrasepsi memilih metode modern berupa sterilisasi wanita (24 persen), spiral (14 persen), dan pil (7 persen). Pil merupakan metode jangka pendek, cenderung lebih populer di negara maju. Sterilisasi dan spiral merupakan metode jangka panjang, banyak dipilih wanita di negara berkembang dengan persentase 23 persen dan 15 persen.
  
Beberapa Mitos

Mitos yang berkembang dengan menggunakan alat kontrasepsi oral bukan menjadi pilihan utama banyak wanita. Ada yang menyatakan, pil KB dapat menyebabkan kegemukan, ada juga mengatakan timbulnya jerawat,  dapat membuat kandungan kering, atau menjadi penyebab kanker. 

Mungkin ini hanya mitos yang berkembang. Kegemukan pada pengguna pil KB naik akibat pola makan yang berubah. Hal ini dikarenakan  ibu merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan kontrasepsi. 

Pil KB yang modern lebih menghaluskan kulit karena mengurangi infeksi sehingga akan mengurangi timbulnya jerawat. Anggapan yang menyebut pil KB mempersulit wanita untuk hamil dan melahirkan lagi karena rahimnya kering. Kontrasepsi oral  justru bersifat reversible. Artinya, paling cepat mengembalikan kesuburan. Hal yang sama terhadap anggapan penyebab kanker. ‘Pil KB justru menurunkan risiko kanker ovarium maupun endometrium. 

Tak hanya itu. Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi penyakit radang pinggul, risiko kehamilan di luar kandungan, dan infeksi kandung kemih. Pil KB mengandung hormon estrogen yang bisa menyebabkan kepadatan tulang meningkat. Ini akan mengurangi risiko terkena penyakit keropos tulang (osteoporosis) pascamenopause.

Selain dapat meringankan gejala menjelang dan saat haid, pil KB juga membuat siklus haid menjadi teratur, dan dapat menurunkan risiko terkena kanker. Risiko kanker endometrium dapat dikurangi sebanyak 50 persen, kanker ovarium 40 persen, dan kanker payudara 30 persen. National Cancer Institute menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan risiko terkena kanker payudara pada perempuan 35-64 tahun yang tengah ataupun pernah menggunakan pil KB. Malah institut itu membuktikan kontrasepsi oral dapat mengurangi risiko kanker ovarium.

Kegagalan rendah

Pil merupakan alat KB yang paling populer. Apa saja kontrasepsi oral itu? Terdiri atas pil kombinasi, minipil, dan pil pascasanggama. Pil kombinasi mengandung estrogen dan progesteron. Kandungan estrogen biasanya untuk menghambat ovulasi, menekan perkembangan telur yang dibuahi dan kemungkinan menghambat implantasi. 

Pil KB bekerja dengan cara mencegah pematangan dan pelepasan sel telur, mengentalkan lendir leher rahim hal Ini akan menghalangi penetrasi sperma serta membuat dinding rahim tidak siap menerima dan menghidupi hasil pembuahan. Kandungan progesteron akan mengentalkan lendir serviks untuk mencegah masuk dan menghambat ovulasi.

Menurut data PKBI, pil KB menduduki peringkat pertama dengan nilai rata-rata 38,74 persen. Sedang data nasional di Indonesia hingga Februari 2003, pil KB menduduki tempat kedua sebanyak 34,57 persen dari 652.562 peserta KB. 

Dari dulu orang menyukai penggunaan pil KB. Hanya satu yang kita tidak suka kalau lupa. Oleh karenanya bagaimana cara mengajar ibu-ibu agar tidak lupa. Angka kegagalannya sangat kecil dengan mengkonsumsi pil ini, kalau diminum teratur, angka kegaalannya 0,1 persen. Penggunaan kontrasepsi oral bagi wanita yang menderita stroke dan penyakit jantung bisa memperparah penyakitnya, sedangkan wanita yang menyusui dapat mengurangi produksi ASI-nya.

Bersumber dari : www.anakku.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar