Senin, 07 November 2011

Diare dan Intoleransi laktosa

Diare dan intoleransi laktosa merupakan dua keadaan yang hampir selalu terjadi bersamaan pada anak. Pemahaman kedua hal tersebut penting untuk mendapatkan tata laksana yang optimal.

Diare

Secara umum seorang anak (kecuali bayi di bawah usia 2 bulan) dikatakan menderita diare bila frekuensi BAB bertambah dari biasanya (>3 kali/hari) dengan konsistensi tinja cair.

Penyebab diare

Data epidemiologi memperlihatkan bahwa rotavirus (60%) dan bakteri (20%) merupakan penyebab tersering diare akut pada anak usia di bawah 3 tahun.

Pencernaan dan penyerapan laktosa

Laktosa adalah karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu formula. Hampir semua laktosa yang masuk usus halus dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang terdapat pada mikrovili sel epitel usus halus. Hasil hidrolisis akan diabsorpsi dan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi. Pada diare (terutama akibat rotavirus) terjadi kerusakan
mikrofili sehingga terjadi defisiensi laktase sekunder.
Intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa adalah gejala klinis akibat tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat defisiensi laktase, yaitu diare profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam.

Tata laksana diare

Sebagian besar diare pada anak self limited diseases, sehingga jangan terburu-buru memberikan antibiotik dan mengubah diet. Tatalaksana utama adalah mencegah dehidrasi dan gangguan nutrisi. 

Langkah optimal tata laksana diare
  1. Pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) hipotonik
  2. Rehidrasi cepat (3 jam)
  3. Realimentasi segera dengan makanan sehari-hari
  4. Susu formula diencerkan tidak dianjurkan
  5. Susu formula khusus diberikan sesuai indikasi
  6. ASI harus tetap diberikan
  7. Jangan terburu-buru memberikan antibiotik.

Cairan rehidrasi oral

Defisit cairan pada dehidrasi ringan-sedang diperkirakan sama dengan penurunan berat badan (BB) 5-10% dan pada dehidrasi berat > 10%. Pada diare tanpa dehidrasi diberikan CRO (oralit) 5-10cc/kgBB setiap BAB cair, dehidrasi ringan-sedang 75cc/kgBB dalam 3-4 jam, dan dehidrasi berat harus mendapat cairan rehidrasi parenteral (infus).

Diare yang perlu mendapat perhatian khusus

  • Tidak terlihat perbaikan klinis dalam 3 hari
  • BAB sangat sering dengan tinja sangat cair
  • Muntah berulang-ulang
  • Sangat haus sekali
  • Makan dan minum sedikit
  • Demam
  • Tinja bercampur darah

Referensi

  1. Sandhu BK. Practical Guidelines for The Management of Gastroenteritis in Children. J
    Pediatr Gastroenterol Nutr 2001;33:S36-8
  2. The Indonesian Coordinating Group of Pediatric Gastroenterology. Text Book of
    Diarrhea. Department ofHealth ofIndonesia, 1995
  3. Burkhart DM. Management of acute gastroenteritis in children. Am Fam Physician
    1999;60:2555-66

Bersumber dari : www.anakku.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar