![]() |
Buku tentang Affandi, “Dia Datang, Dia Lapar, Dia Pergi”, Foto: Jogjanews |
Nama besar Affandi tidak bisa dipisahkan dari Pak Djon. Sejak tahun 1961, Pak Djon selalu menemani Affandi dengan setia, sampai akhir hayatnya. Siapa itu Pak Djon? Dia adalah sopir sekaligus asisten pribadi Affandi. Setelah Affandi tiada, pak Djon, yang bernama lengkap Suhardjono, lahir 8 Maret 1934, menjadi rujukan mengenai Affandi.
Kisah mengenai Affandi yang dituturkan oleh Pak Djon, ditulis menjadi buku oleh dua perupa, Hendro Wiyanto dan Hari Budiono, dengan judul “Dia Datang, Dia Lapar, Dia Pergi: Kenangan Pak Djon Sopir dan Asisten Pribadi”. Buku tersebut, Sabtu malam, 15 Maret 2014 di-launching di Sangkring, Jl. Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Launching buku kisah mengenai Affandi ini tidak dalam bentuk diskusi, tetapi dikemas dalam bentuk pesta, yang dilengkapi dengan round table dan ada life musik. Jadi, suasana pesta lebih kental ketimbangan nuansa kultural-intelektual. Sindhunata, budayawan, yang menjadi pemuncak acara memberi komentar mengenai buku tersebut tak lebih dari setengah jam.
Launching buku kisah mengenai Affandi ini tidak dalam bentuk diskusi, tetapi dikemas dalam bentuk pesta, yang dilengkapi dengan round table dan ada life musik. Jadi, suasana pesta lebih kental ketimbangan nuansa kultural-intelektual. Sindhunata, budayawan, yang menjadi pemuncak acara memberi komentar mengenai buku tersebut tak lebih dari setengah jam.
Bagi Sindhunata, Affandi adalah seorang seniman seperti yang ia sebutkan, kalau dia sudah ‘lapar’ melukis, di manapun Affandi akan melakukannya, apalagi saat dalam momentum peristiwa, naluri senimannya akan segera meresponnya.
“Saya merasakan betul totalitas Affandi dalam menggeluti prosesnya sebagai seorang pelukis. Di manapun dan kapanpun dalam perjalanan ketika sedang naik mobil bersama sopirnya, Pak Djon, Affandi meminta berhenti lalu melukis,” kata Sindhunata.
Hari Budiono dan Hendro Wiyanto, penulis buku ini, mengatakan, siapa yang mengenal Affandi dengan dekat, pasti mengenal Pak Djon. Karena dalam kehidiupan keseharian, Affandi dan Pak Djon selalu bersama.
Hari Budiono mengungkapkan bahwa Affandi pernah menyatakan dirinya dan Pak Djon seperti pasangan Kresna dan Arjuna.
Pak Djon, yang kini usianya 80 tahun, selama ‘menemani’ Affandi, selalu setia dan mengerti apa kebutuhan Affandi. Pada saat Affandi ingin melukis, yang disebutnya sebagai ‘kebelet’ bertarung dengan emosinya sendiri untuk segera melukis, Pak Djon dengan sangat cepat menyediakan apa yang dibutuhkan Affandi, sehingga hasratnya untuk melukis selalu menemukan orgasme.
Ketika diminta untuk sedikit menceritakan perihal Affandi, Pak Djon mengatakan, bahwa Affandi merasa dirinya hanyalah seorang tukang gambar, alih-alih pelukis, apalagi seniman.
“Djon, aku kuwi mung tukang gambar to, dudu seniman (Djon, saya sebenarnya hanya seorang tukang gambar, bukan seniman),” kata Pak Djon menirukan perkataan Affandi.
Pak Djon mengenali betul proses kreatif Affandi. Dia bisa bercerita mengenai lukisan yang dibuat Affandi seperti, misalnya, lukisan ‘adu jago’ yang sangat dikenal luas. Affandi, demikian Pak Djon menyampaikan, memang sungguh total ketika melukis. Seluruh tubuhnya sampai berkeringat, dan hasil lukisannya bagi dia adalah anaknya. Maka, lukisan karya Affandi seperti ‘memiliki jiwa’.
Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar