Ada pepatah yang mengatakan Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kiranya peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan vaksinasi. Tindakan preventif/mencegah merupakan tindakan yang menjadi prioritas utama dalam bidang kesehatan. Sekarang ini pencarian terhadap berbagai jenis vaksin baru terus digalakkan dan sudah semakin banyak penyakit yang diketahui dapat dicegah dengan vaksinasi (seperti misalnya karsinoma serviks yang dapat dicegah dengan vaksin HPV). Vaksinasi sekarang sudah menjadi sesuatu yang wajib, terutama pada anak, karena semakin dini diberikan vaksinasi maka semakin terlindungi anak dari suatu penyakit.
Vaksin pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan dari Inggris bernama Edward Jenner. Ia memperkenalkan vaksin untuk cacar (smallpox) pada tahun 1796. Sebenarnya jauh sebelum Edward Jenner memperkenalkan vaksin, diyakini bangsa Cina dan India sudah mulai mencoba menggunakan bahan tertentu untuk mencegah penularan suatu penyakit. Sejak Edward Jenner memperkenalkan vaksin itulah maka banyak peneliti atau ilmuwan di dunia yang berusaha untuk menemukan vaksin-vaksin lain yang efektif untuk penyakit lainnya, diantaranya Louis Pasteur.
Jenis vaksin dan cara pemberian
Vaksin dibagi menjadi 2 dilihat dari komponen dalam vaksin tersebut, yaitu:
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mewajibkan 5 vaksinasi untuk setiap anak, yaitu DPT,Hepatitis B,BCG, Polio, dan Campak. Vaksinasi lainnya (seperti MMR, Varisela,Hepatitis A, dll) dianjurkan oleh IDAI.
Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)
Setelah seseorang anak diberikan imunisasi tidak jarang timbul reaksi dari tubuh seperti demam, nyeri dan sebagainya. Reaksi tersebut dinamakan dengan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Reaksi yang terjadi dapat berupa reaksi lokal saja (seperti bengkak di daerah penyuntikkan, nyeri, kemerahan dan bernanah di tempat penyuntikkan), atau bahkan reaksi sistemik baik ringan atau yang berat (demam, syok anafilaksis, sinkope, mual, muntah). Hal-hal tersebut dapat terjadi tanpa dapat diperkirakan. Sebagai orangtua Anda perlu menanyakan kepada dokter Anda kira-kira reaksi apa yang dapat timbul pada anak Anda setelah penyuntikkan dan apa yang harus atau perlu dilakukan. Reaksi yang berat memerlukan penanganan medis segera.
Bersumber dari : www.kiddiecarecenter.com
Jenis vaksin dan cara pemberian
Vaksin dibagi menjadi 2 dilihat dari komponen dalam vaksin tersebut, yaitu:
- Vaksin hidup (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan)
- Vaksin mati (bakteri, virus, atau komponennya, dibuat tidak aktif)
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mewajibkan 5 vaksinasi untuk setiap anak, yaitu DPT,Hepatitis B,BCG, Polio, dan Campak. Vaksinasi lainnya (seperti MMR, Varisela,Hepatitis A, dll) dianjurkan oleh IDAI.
Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)
Setelah seseorang anak diberikan imunisasi tidak jarang timbul reaksi dari tubuh seperti demam, nyeri dan sebagainya. Reaksi tersebut dinamakan dengan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Reaksi yang terjadi dapat berupa reaksi lokal saja (seperti bengkak di daerah penyuntikkan, nyeri, kemerahan dan bernanah di tempat penyuntikkan), atau bahkan reaksi sistemik baik ringan atau yang berat (demam, syok anafilaksis, sinkope, mual, muntah). Hal-hal tersebut dapat terjadi tanpa dapat diperkirakan. Sebagai orangtua Anda perlu menanyakan kepada dokter Anda kira-kira reaksi apa yang dapat timbul pada anak Anda setelah penyuntikkan dan apa yang harus atau perlu dilakukan. Reaksi yang berat memerlukan penanganan medis segera.
Bersumber dari : www.kiddiecarecenter.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar