Senin, 22 September 2014

Beda Daerah, Beda Juga Rasanya...

Laksa khas Tangerang di pusat jajanan laksa di Jalan Moh Yamin, Kota Tangerang, Banten.
Lain  ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Seperti itulah makanan laksa. Atin (45), pedagang Laksa Kumis Bewok di Kawasan Kuliner Laksa di Kota Tangerang, Banten, mengatakan, laksa merupakan makanan yang dipengaruhi akulturasi keturunan Tionghoa-Melayu. Entah bagaimana kisahnya, laksa lalu menjadi makanan khas daerah sekitaran Jakarta (Betawi), mencakup Tangerang, Bogor, dan Cibinong.

Meski namanya sama, yakni laksa, setiap daerah itu memiliki kekhasan masing-masing atas makanan tersebut. Secara umum, laksa merupakan makanan yang menggunakan mi putih dan disiram dengan kuah berwarna kuning kemerahan (karena cabai). Bumbu dasar yang dicampur dalam kuah hampir sama, terdiri dari kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, bawang merah, bawang putih, dan cabai.

”Laksa Tangerang berbeda dengan laksa Betawi dan Bogor. Yang membedakan adalah variasi kuahnya,” kata Atin.

Yang membedakan laksa-laksa Tangerang, Betawi, dan Cibinong/Bogor terletak pada kuahnya. Kekentalan kuah laksa Tangerang berasal dari parutan kelapa yang disangrai dan kacang hijau. Kuah berisi potongan kentang berukuran dadu. Laksa dimakan dengan menggunakan mi putih (terbuat dari beras prak yang dicampur dengan air dan dimasak. Selanjutnya, dibentuk bulat panjang sebesar lidi dengan menggunakan alat tersendiri).

Kuah yang kental dari laksa Cibinong/Bogor berasal dari potongan oncom. Laksa ini dimakan dengan ketupat atau bihun, ditambah taoge panjang, suwiran daging ayam, udang, dan telur rebus. Penyuka laksa ini sering menambahkan sambal cuka sebagai pelengkap rasa.

Sementara laksa Betawi biasanya berisi telur, ketupat, taoge pendek, daun kemangi, dan kucai. Mi yang digunakan adalah bihun. Adapun lauk pelengkapnya adalah perkedel.

Beragam daerah

Dari literatur kuliner di internet, dikenal ada laksa kari, laksa asam, dan laksa lemak. Ada laksa yang dinamai dari asal tempat, antara lain Katong (Singapura), Johor, Ipoh, Penang, Kedah, Kelantan, dan Sarawak (Malaysia), Palembang, Bogor, Betawi, Jepara, dan Banjar (Indonesia).

Penambahan oncom untuk laksa Bogor, udang rebon untuk laksa Betawi, udang untuk laksa Jepara, dan ikan gabus untuk laksa Banjar adalah kreasi dari masyarakat setempat sehingga masakan ini menjadi otentik atau berbeda satu dengan lainnya.

Di Bogor, kuah laksa yang memakai oncom dan ampas kelapa parut yang dihaluskan atau yang tidak menggunakannya sudah tentu membawa perbedaan yang kentara. Bagi penulis, mustahil mengatakan laksa tertentu unggul atau lebih enak dibandingkan dengan lainnya. Yang lebih adil adalah mencoba semuanya dan memilih yang paling disukai. Mungkin ada benarnya, menyantap laksa tidak akan pernah ada rasa terpaksa. (PIN/BRO)

Bersumber dari : kompas.com

Selasa, 02 September 2014

Pepes Banyak dan Serba Banyak

Pepes banyak, empuk dan gurih’
Gurih dan pedasnya tertinggal di ujung lidah, meski pedasnya tidak menggigit. Itulah kuliner pepes banyak (angsa) yang tersedia di rumah makan ‘Pulosegaran’ kompleks Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta.
Sepanjang bulan Januari 2013, rumah makan ‘Pulosegaran’ yang terletak di Jalan Parangtritis km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, menyediakan aneka kuliner dagiing banyak (angsa) yang dimasak dalam beragam pilihan. Salah satunya adalah kuliner pepes.

Kuliner Pepes banyak disajikan dalam bungkusan daun pisang, lainnya masakah pepes pada umumnya. Warna pepesnya khas, sebagaimana dikenali jenis kuliner pepes warna kuning dari kunir memberikan rasa yang seolah tertinggal di lidah.

Daging pepes banyak empuk, tidak susah dikunyah. Dipotong, atau dicuil dengan sendok pun tidak sulit. Akan lebih terasa enak dan nyaman, laiknya orang Jawa makan, menikmati pepes tanpa sendok, tetapi langsung dengan tangan, dengan demikian, ‘rasa Jawa’ dari pepes banyak akan menyertai.

Pepes banyak hanyalah salah satu dari kuliner promo bulan Januari 2013 rumah makan ‘Pulosegaran’. Sebenarnya ada aneka banyak, atau yang disebut dalam kuliner promo sebagai ‘serba banyak’ atau serba angsa. Tersedia juga gulai banyak, soto banyak, banyak ireng, tongseng banyak, brongkos banyak, bekakak banyak, gorengan banyak dan rawon banyak.

Brongkos banyak
Masing-masing pilihan kuliner mempunyai rasa yang berbeda. Orang bisa memilih lebih dari satu menu untuk sekadar saling membandingkan rasa, atau setidaknya ‘menggenapi’ rasa yang tidak ditemukan. Misalnya pilihan kuliner pepes banyak bisa dilengkapi dengan brongkos banyak. Keduanya memiliki rasa yang berbeda, dan kuah dari brongkos rasa sungguh nikmat.

Masing-masing memiliki harga yang berbeda. Soto banyak satu porsi Rp 15.300, pepes banyak Rp. 17.100, rawon banyak Rp 18.000, gorengan banyak Rp. 17.100, brongkos banyak Rp 18.000, tongseng banyak Rp 18.000, bekakak banyak Rp. 18.000 dan banyak ireng Rp. 21.000. Kalau ingin pesan semua kuliner banyak ini hanya Rp. 134.100.

Bagi siapa saja yang berlibur di pantai Parangtritis, pastilah melewati jalan di depan rumah makan ini. Maka, untuk mendapatkan sensasi kuliner, tidak ada undang-undang yang melarang untuk mampir di rumah makan ‘Pulosegaran’. Bahkan, oleh nilai-nilai kebudayaan dianjurkan untuk mampir di Tembi Rumah Budaya, dimana rumah makan “Pulosegaran’ terletak.

Sebab, selain menikmati menu kultural, anda akan bisa menikmati simbol-simbol budaya lainnya yang ada di Tembi Rumah Budaya. Omah-omah kampung yang disediakan untuk menginap, merupakan imajinasi kehidupan Jawa masa lalu.

Masakan banyak nan komplit, ada sembilan jenis
Tentu, tidak hanya kuliner banyak yang disediakan. Ada kuliner-kuliner lain yang bisa dipesan. Tersedia pula, setidaknya sebagai minuman promo bulan Januari 2013, ialah minuman yang diberi nama ‘manisan ndeso’, yang didalamnya ada aneka buah-buah.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya